Kampung Adat Takpala ini berada di Dusun III Kamengtaha, Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk mencapainya dari Bandar Udara Mali, Alor, maka Anda dapat menggunakan ojek. Ada juga kendaraan umum dari Terminal Kalabahi, yaitu ibu kota Kabupaten Alor sekira 20 menit. Pilihan lain adalah memanfaatkan bus jurusan Bukapiting lalu turun di Takalelang untuk kemudian berjalan menuju kampung adat ini sekira 15 menit.
Sejarah
Takpala berasal dari dua kata yaitu, Tak yang berarti ada batasnya, sedangkan Pala artinya Kayu. Jadi Takpala berarti Kayu pembatas. Selain itu Takpala juga mempunyai arti kayu Pemukul. Takpala sendiri berasal dari Suku Abui merupakan suku terbesar di Alor, yang biasa disebut juga Tak Abui, dan yang mempunyai arti Gunung Besar.
Kampung adat Takpala awalnya mendiami pedalaman Gunung Alor tetapi kemudian dipindahkan ke bagian bawah. Alasan pemindahan ini dahulu terkait kewajiban membayar pajak kepada Raja Alor (balsem). Utusan Raja Alor yang hendak memungut pajak kesulitan menjangkau kampung tersebut sehingga akhirnya dipindahkan ke bagian bawah. Adalah Bapak (alm) Piter kafilkae yang menghibahkan tanahnya untuk dijadikan lokasi Kampung Takpala seperti sekarang ini sejak tahun 1940 an.
Dikenal
Kampung adat Takpala mencuat dalam daftar kunjungan wisatawan asal Eropa setelah seorang turis warga Belanda bernama Ferry memamerkan foto-foto warga kampung ini tahun 1973. Ia mengambil foto warga Kampung Takpala untuk kalender dan mempromosikan bahwa di Pulau Alor ada kampung primitif. Sejak saat itu Desa Takpala dikenal orang-orang Eropa dan turis pun berdatangan ke kampung ini.
Kehidupan
Suku Abui sendiri yang menghuni kampung ini adalah suku terbesar yang mendiami Pulau Alor. Terkadang mereka biasa disebut juga Tak Abui (artinya gunung besar). Meski warga penduduk yang mendiami kampung ini hanya puluhan tetapi sebenarnya keturunan penduduk kampung ini telah tersebar dan telah mencapai ribuan orang. Masyarakat suku Abui dikenal begitu bersahaja dan sangat ramah terhadap pendatang.
Keseharian suku Abui di Desa Takpala ini adalah memanfaatkan hasil alam terutama hutan dengan berladang atau berburu. Pada saat siang hari otomatis kampung ini terlihat sepi karena sebagian dari mereka akan pergi mencari makanan ke hutan sekaligus berburu. Hasilnya selain dikonsumsi sehari-hari juga dijual di pasar. Makanan aslinya suku Abui umumnya adalah singkong dan jagung. Terkadang mereka mengkonsumsi nasi, akan tetapi dipadukan dengan singkong dan jagung (disebut katemak).
Tradisi
Selain itu Kampung Takpala memiliki banyak sekali tradisi, diantaranya adalah masuk kebun atau Potong kebun, Potong kebun dilakukan pada bulan Oktober, dimana kayu-kayu besar diturunkan dan terus dibakar sampai dengan bulan November. Pada bulan Desember mulai tanam. Pada Desember akhir sampai Januari acara cabut rumput yang pertama, sedangkan cabut rumput yang kedua bulan maret-April dimana jagung mulai menguning, dan di bulan Mei sudah patah jagung. Pada tanggal 20 Juni Dimana saat itu ada acara masuk kebun dimulai dan dimulai dengan potong hewan. Dengan segala keunikan dan tradisinya, Desa Takpala sangat menarik untuk dikunjungi.
Rumah Adat
Rumah Adat Takpala (https://oldlook.indonesia.travel)
Rumah adat Takpala merupaka andalan pariwisata dari kampung Takpala. Rumah adat ini berupa rumah panggung dan berbentuk seperti piramida. Rumah adat di Takpala ada 2 macam, yaitu Kolwat yang mempunyai arti Perempuan dan Kanuarwat yang mempunyai arti laki-laki. Masih menurut Pak Martinus, masyarakat Takpala mengklaim bahwa merekalah yang pertama kali membuat rumah bertingkat 4 didunia dimana masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Lantai 1 adalah tempat rapat, lantai 2 tempat tidur dan masak, lantai 3 tempat menyimpan makanan dan lantai 4 untuk menyimpan barang-barang pusaka yang akan dipakai jika ada kegiataan adat.
Paket Wisata
Memasuki kawasan Desa Takpala tidak dipungut retribusi tetapi untuk menyaksikan rangkaian tarian adat dan atraksinya maka ada biaya sebesar Rp 1 juta. Ini adalah harga yang sepadan dengan kesempatan melihat langsung beragam tarian paling terkenal dari suku terbesar di Alor. Panorama dari atas bukit di desa ini sangat indah berupa Teluk Benlelang dari kejauhan. Udara di sekitar desa ini juga cukup sejuk karena banyak pepohonan.
Desa Takpala akan menyuguhkan kepada Anda budaya memukau yang sarat tradisi dan upacara adat. Di tempat ini perayaan hidup masyarakatnya dituangkan dalam gerak dan musik yang menyatu dalam keseharian hidup mereka. Menyaksikan tarian lego-lego adalah atraksi yang wajib disimak. Tarian ini dilakukan sekira 20 orang (laki-laki dan wanita) dengan bergandengan tangan dan bergerak melingkari mesbah (batu bersusun) yang di atasnya disimpan moko. Tariannya diiringi tetabuhan gong dimana para penari lelaki akan bersyair dan mengenakan perlengkapan adat termasuk senjata. Tari lego-lego adalah kegiatan rutin yang dilakukan bersama, terutama saat panen (jagung), membangun rumah, pernikahan, kelahiran, dan kegiatan adat lainnya.
Pastikan juga Anda berfoto bersama tetua suku atau anak-anak mereka karena itu akan menjadi kenangan yang dapat Anda pamerkan sepulangnya nanti.
Informasi lebih lanjut hubungi
Anda dianjurkan menghubungi Dinas Pariwisata Alor untuk dibantu agar warga Takpala mempersiapkan suguhan tari Lego-lego. Anda dapat menghubungi salah seorang petugas dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Alor untuk menjadi penghubung, seperti Bapak Aminudin Mira melalui nomor 082145888385.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Alor Jalan Dr. Soetomo No. 43 Kalabahi, Alor, Nusa Tenggara Timur
Telp: +62 0386 21160
Email: disbudpar-alor@yahooo.co.id; informasi@disbudpar-alor.com
Website: https://www.disbudpar-alor.com
Sumber: Mobgenic
Tags:
Desa Wisata