Wisata Sejarah di Garut Jawa Barat


Pada masa lampau, pesona alam Garut telah berembus ke setengah belahan dunia.Sejak abad ke-19, aroma keagungannya dibonceng embusan angin menuju barat.

Karismanya menembus garis khatulistiwa melewati Laut Arabia. Cerita keeksotisannya tak pudar meski melewati pekatnya Laut Merah. Maka kemudian, Garut pun menjadi wisata ternama bagi orang-orang Belanda dan sekitarnya. Hingga pada 1920, Garut mendapat julukan Swiss van Java.

Julukan yang mendampingi daerah tetangganya, Bandung, yang disebut-sebut Parijs van Java. Sebuah cerita yang terkenang hingga sekarang. Awalnya, penamaan itu merupakan ulah sebagian oknum dari lembaga Bandoeng Vooruit--Bandung Maju (Perkumpulan Arsitek, Perancang kota, dan Penata Kebun pemerintahan Belanda).

Bandung Vooruitmenjelma menjadi agen wisata turis-turis Eropa. Swiss van Java disemat untuk trek perjalanan di timur Priangan tersebut. Boleh jadi, hal ini dianggap perbandingan pas tatkala menyandingkan Garut dan Swiss di papan klasemen daftar wisata tanah ketinggian.

Babancong


Babancong yaitu sebuah bangunan kecil mirip pesanggarahan berbentuk panggung di sisi selatan alun alun atau Lapangan Oto Iskandardinata Garut. Luasnya mencapai sekitar 15 meter persegi dengan tinggi panggung atau kolong sekitar 2 meter. Terdapat delapan tiang penyangga atap berketinggian sekitar 7 meter.

Bagian mukanya persis menghadap Alun alun. Sedangkan bagian belakangnya mengarah ke Gedung Pendopo, dan rumah dinas Bupati yang disebut Pamengkang. Di bagian belakang itulah terdapat tangga dan pintu masuk Babancong. Babancong didirikan bersamaan dengan pendirian Gedung Pendopo, Alun alun, Masjid Agung, dan kantor Karesidenan pada waktu pembangunan ibu kota Kabupaten Limbangan pada tahun 1813.

Bale Pamengkang

Bale Pamengkang (https://www.disparbud.jabarprov.go.id)

Bale Pamengkang berada di Jalan Kabupaten, Kelurahan Paminggir, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Berada pada Koordinat: 07º13’ 036” LS dan 107º 54’ 054” BT pada ketinggian rata-rata 746 meter dari permukaan laut.

Bale Pamengkang ini merupakan rumah dinas Bupati Garut yang digunakan sebagai rumah tinggal bupati beserta keluarga, terletak di belakang Pendopo, dibangun pada masa Kolonial Hindia-Belanda pada tahun 1813-1821. Fungsinya sejak awal dibangun hingga sekarang tetap digunakan sebagai rumah Dinas Bupati.

Bangunan

Bale Pamengkang berukuran luas 11.480 m², dengan batas utara: Pendopo dan Jalan Kabupaten, selatan: Rumah penduduk (Jalan Papandayan/Jalan Pajajaran), barat: Rumah penduduk (Jalan Cimanuk), timur: Jalan Kiansantang. Rumah bergaya kolonial (Eropa), dengan denah persegi panjang dan lantai ditinggikan ± 60 cm, memiliki halaman samping dan belakang, terdapat bangunan tambahan diantaranya: bangunan pos satpam di sebelah samping kiri (timur); di halaman belakang di bagian kiri (timur), bangunan tempat urusan (urdal); garasi mobil di tengah; Mushola di sebelah kanan (barat); dan di pojok kanan (barat) memanjang ke bagian samping, serta memiliki lapangan tennis. Bangunan Utma memiliki 11 ruangan, yaitu: Ruang Tamu; Ruang Kerja; Kamar Tamu; 4 Kamar Tidur Keluarga; Ruang Tengah/Keluarga; Ruang Makan dan Dapur; Ruang Serbaguna; dan Kamar Mandi. Bangunan ini memiliki 7 pintu berdaun ganda terbuat dari kayu dengan diberi kaca pada beberapa ruas atas, berukuran 48,5 cm x 30 cm. Pada bagian depan bangunan terdapat 3 pasang pintu utama. Dinding bangunan polos. Pada bagian samping kiri dan kanan terdapat jendela besar berdaun ganda. Tegel kermaik putih polos berukuran 40 cm X 40 cm.

Kantor Disbudpar Kabupaten Garut

Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut (https://www.disparbud.jabarprov.go.id)

Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut terletak di Jalan Ciledug No. 120, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Berada pada koordinat 07º13’17,0” LS dan 107º54’22,1” BT dan ketinggian ± 740 meter dari permukaan laut.

Bangunan ini mulai didirikan pada masa Hindia Belanda, yaitu pada tahun 1910. Pada awalnya berfungsi sebagai rumah tinggal Direktur Perkebunan Teh Dayeuhmanggung. Masyarakat secara umum mengenalnya sebagai Tuan Baron.

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia bangunan berfungsi sebagai Kantor Pembantu Bupati Wilayah I Garut Kota (Kantor Kewedanaan). Pada tahun 1965 ditempati Kantor Inspektorat Pembantu Wilayah V. Pada tahun 1992 bangunan ini ditempati oleh Kantor Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Garut. Kemudian pada tahun 2007 sampai sekarang digunakan sebagai Kantor Disparbud Garut.

Bangunan

Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut (https://tvberit.blogspot.co.id)

Luas bangunan berukuran 37,5 m x 43,2 m. Dengan batas-batasnya utara: Jalan Gunung Galunggung, Selatan: Jalan Cakrabuana, Barat: Rumah penduduk dan Timur: Jalan Ciledug.

Bangunan kolonial berupa rumah tinggal terdiri dari 3 bagian, yaitu: bangunan inti berada di tengah-tengah yang masih asli konstruksi dan arsitekturnya, serta pagar besi dan tembok di bagian depan yang merupakan bangunan baru. Bangunan tambahan di kiri dan kannya.

Denah bangunan persegi panjang menghadap ke Timur (Jalan Ciledug) dengan gaya arsitektur Hindia Baru (Gaya Indis). Lantai ditinggikan ± 110 cm. Bangunan inti memiliki 8 ruangan dan 1 kamar mandi, yaitu: ruang tamu, ruang kepala dinas (kamar tidur utama), ruang rapat (kamar tidur), ruang staf keuangan (ruang tengah/ruang keluarga), ruang kabag TU (ruang belakang/ruang keluarga), ruang staf bagian umum (ruang serbaguna), ruang staf kesenian (kamar tidur), dan ruang peralatan kesenian (dapur dan ruang makan). Memiliki 2 pintu masuk utama terbuat dari kayu berdaun tunggal dengan ukuran lebar dan tinggi 1,3 m x 2 m dan 1,1 m x 1,85; ada 4 anak tangga dengan pagar besi yang masih asli di kiri kanannya menuju pintu masuk utama; 2 jendela melengkung dan 1 jendela persegi panjang rangkap berdaun ganda di muka bangunan yang menyerong dekat pintu masuk utama; 2 jendela persegi panjang rangkap berdaun ganda di samping kanan (utara); bekas jendela yang sudah ditutup tembok di samping kiri (selatan); 2 pintu di bangian belakang; dan 4 pasang jendela persegi panjang terbuat dari kaca berdaun tunggal di belakang.

Halaman belakang berbenteng beton setinggi 3 m yang masih asli. Lokasi Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut sekarang telah menjadi kawasan perkotaan, pemukiman, perdagangan dan sebagai pusat kota Garut, dengan fasilitas hotel, angkutan umum, dan tempat perbelanjaan yang memadai dan gedung ini dapat dijadikan bangunan unik bagi pemandangan disekitar akibat bermunculan gedung-gedung baru dengan arsitektur modern masa sekarang.

SD Negeri Regol I dan II

SDN Regol I Garut (https://garutnews.com)

Terletak di jalan Bratayuda No. 48, Kelurahan Regol, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Bangunan SDN Regol I dan II dibangun pada tahun 1910 yang semula berfungsi sebagai sekolah swasta bernama Holladsche Indllandsche School (CHICS). Bagian depan bangunan tepat berbatasan dengan jalan Bratayuda Barat dengan batas sebelah utara berupa bangunan kosong (eks SLTP PGRI) dan sawah, di sebelah timur dibatasi rimah penduduk dan disebelah barat dibatasi jalan Bratayuda.

Bagian dalam SDN Regol I Garut (https://garutnews.com)

Fungsi bangunan dari semula hingga sekarang tetap sebagai sekolah, kecuali pengelolanya yang berbeda. Pada masa pemerintahan kolonial belanda sebagai sekolah Kristen yang disebut juga sekolah Paderi, akan tetapi setelah Indonesia merdeka, tepatnya tahun 1948, menjadi Sekolah Dasar Negeri Talun dan pada tahun 1990-an menjadi SDN Regol I an II yang dikelola Dinas Pendidikan Kabupaten Garut dengan kondisi banguanna traat baik.

SDN Regol VII dan X

Terletak di jalan Ranggalwe, Kelurahan Regol, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Bangunan SD Negeri Regol Vii dan X dibangunan pada tahun 1912 berfungsi sebagai sekolah Kautamaan Isteri didirikan oleh Rd. Ayu Lasminingrat (istri bupati Garut R.A.A Wiratanudatar VIII) yang disahkan oleh gubernur Jenderal Belanda denagn akte nomor : 12 febuaru 1913 disebut “Vereeneging Kautamaan Isteri Shoolen” (Organisasi Sekolah Kautamaan Isteri).sebenarnya kurang lebih dua tahun setelah Rd. Dewi Sartika mendirikan “Sakolah Isteri” (1905) di Bandung, maka pada tahun 1907 Rd. Ayu Lasminingrat membuka sekolah yang sama di Garut dengan mengambil tempat ruang gamelan kabupaten.

Pada masa kependudukan Jepang, sekolah kautamaan isteri berubah menjadi sekolah rakyat, dimana murid-muridnya tidak hanya wanita. Sedangkan sejak tahun 1950 menjadi sekolah dasar negeri Ranggalawe I dam IV yang dikelola oleh dinas Pendidikan dan kebudayaan. Pada tahun 1990-an berubah menjadi SDN Regol VII dan X hingga sekarang.

Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut

Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut (https://www.bedanews.com)

Terletak di jalan Rumah Sakit No. 12, Desa Sukakarya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut. Bangunan RSU Garut didirikan pada zaman kolonial Belanda tahun 1920-an dan diresmikan pada bulan Maret 1922, beberapa unit bangunan ada yang sudah berubah (tidak asli lagi), namun bangunan inti (terutama bangunan bagian depan) nampak berdiri masih dalam bentuk aslinya meskipun sudah mengalami beberapa kali pemugaran sebagai langkah pelestarian.

Bangunan RSU ini memberi kesan anggun dengan penataan bangunannya yang simetris, bangunan ini dari semula hingga sekarang tetap sebagai rumah sakit umum.

Rumah Tinggal

Terletak di jalan Ranggalawe No. 2, Kelurahan Regol, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Bangunan rumah tinggal ini semula milik Kontrolir Distrik Garut (orang belanda) yang membawaahi Onder Distrik Garut, Karangpawitan, dan Wanaraja. Rumah ini dibanguna pada tahun 1920-an pada masa Bupati R.A.A Suria Kartelegawa diatas tanah seluas 100 tumbak dengan luas bangunan 60 tumbak.

Stasiun Kereta Api

Stasiun Kereta Api Garut (https://www.kaskus.co.id)

Terletak di persinggungan Ujung Bank dan jalan Veteran, Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Bangunan stasiun kereta api Garut dibangun dan dibuka secara resmi tahun 1930. Bangunan Ini didirikan setelah ada pembangunan Jalan Rel Cilacap-Cicalengka Via Cibatu yang dibangun pada tahun 1889 dan lintasan atau jalan Sampingan Garut-Cikajang pada tahun 1926.

Bangunan stasiun kereta api tersebut merupakan stasiun letaknya tertinggi di pulau Jawa yaitu 1.200 Meter di atas permukaan laut, hingga lokomotif yang melewati jalur ini merupakan lokomotif kuat seperti CC50.

Bangunan stasiun memberikan kesan megah dan monumental bergaya simetris. Keadaaan atap sudah tidak asli lagi, termasuk bahan material struktur konstruksinya, karena pada tahun 1947 dihancurkan oleh para pejuang. Bahan atap semula dari seng, setelah Kemerdekaan RI Tahun 1950-an diganti Genteng. Sekitar Tahun 1970-an jalan rel Sampingan Garut-Cikajang dibekukan sehingga stasiun kereta api tidak berfungsi. Akibat bangunan stasiun ini tidak terawat sama sekali. Sekarang bangunan stasiun kereta api digunakan sebagai sekretariat pemuda Pancasila cabang Garut. Hal tersebut cukup menguntungkan, hingga bangunan stasiun sedikit lebh terpelihara dan terawat.

Kantor Kecamatan Garut Kota

Gedung Kecamatan Garut Kota (https://naratasgaroet.wordpress.com)

Terletak di Jalan Pramuka No. 14, Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Gedung Kecamatan Garut Kota dibangun pada tahun 1930-an, pada zaman pemerintahan kolonial Belanda sebagai rumah tinggal Dr. Remlef (Orang Belanda).

Gedung Kecamatan Garut Kota (https://garutnews.com)

Keunikan khas dari bangunan ini adalah adanya sebuah menara di depan, setinggi 30 meter. Setelah Indonesi merdeka, banguhnan ini pernah digunakan Markas Tentara (Sektor). Pada tahun 1970-an sampai sekarang sebagai Kantor Kecamatan Garut Kota denagn kondisi fisik bangunan terawat.

Kantor Pos Garut

Bangunan Kantor Pos (https://www.panoramio.com)

Terletak di Jl. Ahmad Yani No.41, Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut. Bangunan Kantor Pos ini dibanguna tahun 1930-an, berada dikawasan pusat kota bersejarah, merupakan bangunan di sudut kota Garut, dipersimpangan jalan Ahmad Yani dan jalan Cikuray, Bangunan ini dari semula hingga sekarang tetap berfungsi sebagai Kantor Pos dengan kondisi fisik bangunan terawat.

Bank Jabar Banten (BJB)

Bank Jabar Banten (https://www.indoplaces.com)

Terletak di jalan Ahmad Yani No.38, Kel. Pauwon, Kec. Garut Kota. Gedung Bank Jabar Banten (BJB) dibangun pada tahun 1933. Bersamaan dengan dibangunnya Pabrik Tenun Treanger Bont Werverij (PBW), diperuntukkan sebaga rumah dinas direktur pabrik tenun tersebut, bernama Preanger Bont Werverij, setelah Kemerdekaan diganti menjadi Pabrik Tenun Garut (PTG).

Gedung Markas Kodim 0611

Gedung Markas Kodim 0611 (https://www.panoramio.com)

Terletak di jalan Veteran, Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota, dirikan pada tahun 1920-an, gedung ini digunakan sebagai rumah tinggal direktur Hotel Papandayan (orang Belanda), dibangun bersamaan dengan didirikannya Hotel Papandayan di Sebelah Kirinya. Pada masa penduduk Jepang, Banguann rumah tinggal ini (Termasuk Bangunan Hotel Papandayan) ditempaati para perwira tentara Jepang dan markas Kempetai (Polisi Jepang). Setelah Indonesia Merdeka dijadikan Markas TNI, Tetapi Ketika Menjadi Agresi Militer Belanda I, tanggal 21 Juli 1947, sebagian bangunan terutama bangunan Hotel Papndayan dibumihanguskan oleh Para Pejuang dan Tentara RI sebelum menyingkir ke luar kota Garut. Hanya Bangunan Rumah Tinggal Itulah Yang Sampai Sekarang Tersisi, Tidak Sempat Dibumihanguskan Pada Waktu Itu.

SDN Kota Kulon I dan II

SDN Kota Kulon I dan II (https://sikec.garutkab.go.id)

Terletak di Jl. Ciledug No. 213, Kampung Paledang, Kel. Kota Kulon, Kec. Garut Kota. Bangunan Sekolah Dasar Negeri Kota Kulon I dan II didirikan pada tahun 1952 oleh Yayasan Budi Priayi. Semula bangunan sekolah ini digunakan Sekolah Partikuler, Holland Indlandsche School (HIS) Budi Priayi. Setelah Indonesia merdeka, persisnya tahun 1948, HIS menjadi Sekolah Dasar Negeri Ciledug yang dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Namun kepemilikan bangunan tetap pada Yasyasan Budi Priayi (yayasan tersebut sekarang diketuai oleh R. Soelaeman Anggapradja). Sekitar tahun 1990-an nama sekolah berubah menjadi Sekolah Dasar Negeri Kota Kulon, sesuai dengan nama kelurahan dimana sekolah itu berada. Bangunan sekolah ini sekarang digunakan oleh SD Negeri Kota Kulon I dan II.

Bentuk bangunan yang menyerupai huruf U, dimana tengah-tengah terdapat halaman yang berfungsi untuk upacara dan olahraga. Jumlah ruangan (SD) pada bangunan ini ada 10 lokal, masing-masing 5 lokal disebelah kanan dipergunakan SDN Kota Kulon I dan 5 lokal disebelah kiri dipergunakan SDN Kota Kulon II.

Arah muka bangunan menghadap ke arah Ciledug. Bagian muka bangunan berbentuk simetris dengan dua pintu kembar. Pada kiri-kanan bagian ,muka bangunan terdapat bagian-bagian yang menonjol sebagai ruang Kepala Sekolah, seolah memberi kesan pembeda dengan ruangan kelas. Bangunan ini dilihat dari muka memiliki nilai estetika tinggi. Kondisi fisisk bangunan relatif terawat dengtan baik kecuali ada satu lokal yang tidak layak pakai karena rusak berat.
Previous Post Next Post