Begalan (Perampokan) dalam Upacara Pernikahan Adat Banyumas Jawa Tengah

Begal (Perampok) - https://ensiklo.com

Banyumas, salah satu kabupaten di Jawa Tengah merupakan salah satu sub suku Jawa. Daerah yang terkenal dengan logat ngapaknya ini memiliki kebudayaan yang khas. Budaya Banyumas berasal dari perpaduan antara budaya Jawa yang bersumber pada Majapahit, dan budaya sunda yang berasal dari Pajajaran. Upacara pernikahan adat dari daerah ini pun cukup unik.

Sejarah

Menurut para pakar budaya di Banyumas, tradisi begalan muncul sejak Pemerintah Bupati Banyumas ke XIV, saat itu Raden Adipati Tjokronegoro (tahun 1850). Pada jaman itu Adipati Wirasaba berhajat mengawinkan putri bung­sunya Dewi Sukesi dengan Pangeran Tirtokencono, putra sulung Adipati Banyumas. Satu minggu setelah pernikahannya Sang Adipati Banyumas ber­kenan memboyong kedua mempelai dari Wirasaba ke Kadipaten Banyumas (ngunduh temanten), berjarak kurang lebih 20 km.

Setelah menyeberangi sungai Serayu dengan me­nggunakan perahu tambang, rombongan yang dikawal sesepuh dan pengawal Kadi­paten Wirasaba dan Banyumas, di tengah perjalanan yang angker dihadang oleh seorang begal (perampok) berbadan tinggi besar, hendak merampas semua barang bawaan rombongan pengantin. Terjadilah peperangan antara para pengawal melawan Begal raksasa yang mengaku sebagai penunggu daerah tersebut.

Pada saat pertempuran akhirnya begal dapat dikalahkan. Kemudian lari menghilang masuk ke dalam Hutan yang angker dan wingit. Perjalanan dilanjut­kan kembali, melewati desa Sokaweradan Kedunguter. Sejak itu para leluhur daerah Banyumas berpesan terhadap anak cucu agar mentaati tata cara persyaratan perkawinan, di­kandung maksud kedua mempelai terhindar dari marabahaya.

Begalan

Begalan dalam bahasa Indonesia berarti perampokan. Upacara begalan merupakan bagian dari upacara pernikahan yang menjadi ciri khas di Banyumas. Upacara ini akan digelar ketika kedua mempelai merupakan anak sulung, atau keduanya anak bungsu. Selain itu, begalan juga akan diadakan jika mempelai pria adalah anak sulung, sedangkan mempelai putri anak bungsu, ataupun sebaliknya. Begalan digelar untuk merampok bajang sawan atau mengusir roh jahat dan segala hal buruk bagi pasangan pengantin. Begalan adalah perpaduan antara seni akting, tari, lawak, musik, juga seni suara.

(https://www.youtube.com)

Dalam upacara begalan, akan ada dua orang yang beradu peran. Satu orang berperan sebagai perampok, dan yang lain sebagai korban. Masing-masing bernama Suratani dan Suradenta. Korban begalan merupakan utusan pihak pengantin putra yang membawa berbagai peralatan dapur bagi pengantin putri.

Peralatan dapur yang dipakai dalam upacara begalan berupa peralatan dapur tradisional. Masing-masing peralatan merupakan lambang berisi petuah untuk menjalani kehidupan berumah tangga. Adegan perampokan berlangsung dengan penuh gelak tawa, bukannya menyeramkan seperti adegan perampokan pada umumnya. Sesekali kedua pemain juga menyelipkan nyanyian serta tarian yang menghibur. Adegan begalan memang sengaja dibuat penuh humor, agar pesan yang berisi nasihat bagi kedua mempelai dapat tersampaikan dengan lebih baik.

Pesan dalam pelaksanaan begalan yang disimbolkan dengan alat-alat dapur

Cething

Cheting adalah alat yang digunakan untuk tempat nasi yang terbuat dari bambu. Cething menjadi simbol bahwa manusia hidup di masyarakat sebagai mahluk sosial, melakukan semua hal sendiri tanpa bantuan orang lain dan lingkunganya.

Centhong (Enthong)

Centhong adalah alat yang digunakan untuk mengambil nasi. Centhong terbuat dari bahan kayu atau dari bahan tempurung kelapa. Centhong menjadi simbol seorang yang sudah berumahtangga harus mampu mengoreksi diri. Harapannya ketika terjadi perselisihan antara suami istri mereka dapat menyelesaikan dengan baik, mengutamakan musyawarah mufakat sehingga terwujud keluarga yang sejahtera, bahagia lahir dan batin.

Irus

Irus adalah alat untuk mengambil dan mengaduk sayur yang terbuat dari kayu atau tempurung kelapa. Irus menjadi simbol orang yang sudah berumah tangga hendaknya tidak tergiur atau tergoda dengan pria atau wanita lain yang dapat mengakibatkan retaknya hubungan rumah tangga.

Siwur

Siwur adalah alat untuk mengambil air yang terbuat dari tempurung kelapa utuh dengan diberi tangkai kayu atau bambu. Siwur menjadi simbol orang yang sudah berumah tangga harus dapat mengendalikan hawa nafsu dan jangan suka menabur benih kasih sayang atau perasaan cinta kepada orang lain. Siwur juga sering dimaknai oleh masyarakat banyumas sebagai kependekan kata dari Asihe aja diawur-awur (rasa cintanya jangan ditebar).

Kukusan

Kukusan adalah alat untuk menanak nasi yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk kerucut seperti gunung. Kukusan menjadi simbol bagi orang yang sudah berumah tangga agar berjuang untuk mencukupi kebutuhan hidup semaksimal mungkin.

Ilir

Ilir adalah kipas yang terbuat dari anyaman bambu, biasanya berbentuk segi empat. Ilir menjadi simbol bagi seseorang yang sudah berkeluarga supaya bisa membedakan perbuatan baik dan buruk.

Ian

Ian adalah alat untuk menaruh nasi pada saat dikipasi dengan ilir. Ian terbuat dari anyaman bambu yang menjadi simbol atau melambangkan bumi dimana tempat kita berpijak.

Selain alat-alat di atas, alat-alat yang biasa dibawa dalam begalan juga ada Saringan yang terbuat dari bambu. Saringan adalah simbol bahwa dalam kehidupan berumahtangga harus bisa menyaring isu atau kabar, baik kabar baik maupun kabar buruk dengan sikap. Wangkring juga menjadi alat pelengkap dalam tradisi Begalan. Wangkring atau pikulan terbuat dari bambu sebagai simbol dalam kehidupan berumahtangga harus bisa memikul tanggungjawab bersama sebagai suami dan istri.
Previous Post Next Post