Masih Tentang Keraton yaitu Keraton Kanoman [Cirebon], yang di posting sebelumnya saya menulis Informasi tentang Keraton Kasepuhan [Cirebon]. Berikut ini akan saya ulas dari Keistimewaan, Sejarah, Lokasi dan Juga Akses Keraton Kanoman yang saya kumpulkan dari berbagai sumber.
Keraton Kanoman merupakan pusat peradaban Kesultanan Cirebon yang terpecah menjadi beberapa bagian, yaitu Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan dan Keraton Keprabon. Mempunyai luas sekitar 6 hektar dan juga berada di belakang Pasar Kanoman. Keraton Kanoman merupakan komplek yang luas, terdapat 27 bangunan kuno termasuk Pendopo, salah satunya bernama Bangsal Witana yang merupakan cikal-bakal Keraton yang luasnya hampir 5 kali Lapangan Sepakbola.
Dengan area yang luas Anda bisa berkeliling bersama keluarga maupun teman seharian untuk menikmati peninggalan sejarah Kabupaten Cirebon. Juga terdapat museum yang menyimpan berbagai benda-benda bersejarah, seperti Kereta Perang Paksi Naga Liman dan juga Kereta Jempana dengan bentuk mirip seperti kereta Singa Barong yang terdapat di Keraton Kasepuhan, Kereta yang terdapat di Kerataon Kanoman ini di klaim sebagai kereta yang lebih tua. Bahkan kereta yang juga disebut-sebut merupakan duplikat dari kereta Singa Barong. Koleksi museum lainnya yaitu aneka senjata seperti Keris dan Tombak, Gamelan dan lain-lain.
Selain berziarah dan melihat-lihat tentunya di Keraton Kanoman juga mempunyai banyak oleh-oleh untuk dibawa pulang, seperti benda-benda kerajinan tangan khas Cirebon dari Topeng, Batik, Lukisan Kaca, ataupun kerajinan lainya. Selain itu makanan khas Kabupaten Cirebon juga dapat diperoleh mudah disekitar Keraton, karena memang letaknya dekat dengan Pasar Tradisional.
Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran Kertawijaya atau Pangeran Mohamad Badridin, yang bergelar Sultan Anom I, pada sekitar tahun 1588 Masehi. Keraton Kanoman juga tidak terlepas dari awal berkembangnya agama Islam di Jawa Barat, karena Islam di Jawa Barat tidak lepas dari Cirebon.
Keraton Kanoman merupakan salah satu jejak sejarah yang ditinggalkan oleh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Berbagai benda-benda dan bangunan yang terdapat di Keraton Kanoman erat kaitannya dengan syiar agama Islam yang dulu dilakukan oleh Sunan Gunung Jati.
Salah satu bangunan utama yang terdapat di komplek Keraton Kanoman adalah Witana. Witana berasal dari kata “Awit Ana” yang berarti bangunan tempat tinggal pertama yang didirikan ketika membentuk Dukuh Caruban. Dalam kakawin Nagarakertagama, bangunan Witana merupakan panggung kayu sementara dengan atap tanpa dinding untuk tempat persemayaman raja sementara waktu. Sebagaimana kita ketahui, Cirebon merupakan salah satu kota tua di Pulau Jawa.
Keraton Kanoman sampai sekarang masih taat memegang adat-istiadatnya, di antaranya melakukan rytinitas tradisi Grebeg Syawal, yaitu seminggu setelah Idul Fitri dan ziarah ke makam leluhur Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Cirebon Utara.
Keraton Kanoman merupakan pusat peradaban Kesultanan Cirebon yang terpecah menjadi beberapa bagian, yaitu Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan dan Keraton Keprabon. Mempunyai luas sekitar 6 hektar dan juga berada di belakang Pasar Kanoman. Keraton Kanoman merupakan komplek yang luas, terdapat 27 bangunan kuno termasuk Pendopo, salah satunya bernama Bangsal Witana yang merupakan cikal-bakal Keraton yang luasnya hampir 5 kali Lapangan Sepakbola.
Keistimewaan Keraton Kanoman
Dilihat dari sisi popularitasnya, Keraton Kanoman tidak setenar Keraton Kasepuhan, hal ini tebukti karena lebih banyak orang yang mengetahui tentang Keraton Kasepuhan dibanding Keraton Kanoman. Namun hal tersebut tidak mengurangi sedikitpun daya magnetis sejarah yang terdapat di Keraton Kanoman.Dengan area yang luas Anda bisa berkeliling bersama keluarga maupun teman seharian untuk menikmati peninggalan sejarah Kabupaten Cirebon. Juga terdapat museum yang menyimpan berbagai benda-benda bersejarah, seperti Kereta Perang Paksi Naga Liman dan juga Kereta Jempana dengan bentuk mirip seperti kereta Singa Barong yang terdapat di Keraton Kasepuhan, Kereta yang terdapat di Kerataon Kanoman ini di klaim sebagai kereta yang lebih tua. Bahkan kereta yang juga disebut-sebut merupakan duplikat dari kereta Singa Barong. Koleksi museum lainnya yaitu aneka senjata seperti Keris dan Tombak, Gamelan dan lain-lain.
Selain berziarah dan melihat-lihat tentunya di Keraton Kanoman juga mempunyai banyak oleh-oleh untuk dibawa pulang, seperti benda-benda kerajinan tangan khas Cirebon dari Topeng, Batik, Lukisan Kaca, ataupun kerajinan lainya. Selain itu makanan khas Kabupaten Cirebon juga dapat diperoleh mudah disekitar Keraton, karena memang letaknya dekat dengan Pasar Tradisional.
Sejarah Keraton Kanoman
Keraton Kanoman merupakan salah satu tonggak sejarah kota Cirebon dan berkembangnya agama islam di Cirebon, di keraton ini Anda akan banyak menemui peninggalan-peninggalan sejarah dan kisah-kisah sejarah yang sangat mendalam yang akan disampaikan oleh pemandu, penjaga atau abdi dalem Keraton Kanoman.Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran Kertawijaya atau Pangeran Mohamad Badridin, yang bergelar Sultan Anom I, pada sekitar tahun 1588 Masehi. Keraton Kanoman juga tidak terlepas dari awal berkembangnya agama Islam di Jawa Barat, karena Islam di Jawa Barat tidak lepas dari Cirebon.
Kereta Paksi Naga Liman |
Keraton Kanoman merupakan salah satu jejak sejarah yang ditinggalkan oleh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Berbagai benda-benda dan bangunan yang terdapat di Keraton Kanoman erat kaitannya dengan syiar agama Islam yang dulu dilakukan oleh Sunan Gunung Jati.
Salah satu bangunan utama yang terdapat di komplek Keraton Kanoman adalah Witana. Witana berasal dari kata “Awit Ana” yang berarti bangunan tempat tinggal pertama yang didirikan ketika membentuk Dukuh Caruban. Dalam kakawin Nagarakertagama, bangunan Witana merupakan panggung kayu sementara dengan atap tanpa dinding untuk tempat persemayaman raja sementara waktu. Sebagaimana kita ketahui, Cirebon merupakan salah satu kota tua di Pulau Jawa.
Keraton Kanoman sampai sekarang masih taat memegang adat-istiadatnya, di antaranya melakukan rytinitas tradisi Grebeg Syawal, yaitu seminggu setelah Idul Fitri dan ziarah ke makam leluhur Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Cirebon Utara.