Masjid Menara Kudus Kudus Jawa Tengah

Masjid Menara Kudus, Jl. Kerjasan, Kudus. Koordinat GPS : 6° 48' 16" S dan 110° 49' 58" E (Gambar: https://www.beautifulmosque.com)

Masjid Kudus terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Masjid Kudus berada ditengah pemukiman penduduk dan terletak di tanah datar. Batas yang memisahkan masjid dengan lingkungan sekitarnya adalah di sebelah utara, selatan, dan barat berbatasan dengan pemukiman penduduk, sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan jalan raya.

Deskripsi 

Gapura utama yang berbentuk candi bentar (https://www.beautifulmosque.com)

BangunanMasjid Kudus memiliki luas ± 2400 m2. Keadaan tanah berupa sebidang tanah pekarangan yang datar yang diatasnya didirikan masjid dan menara. Untuk memasuki halaman Masjid Kudus harus melewati dua gapura utama yang berbentuk candi bentar. Bentuk asli bangunan masjid sukar untuk diketahui karena telah beberapa kali mengalami perbaikan dan perluasan. Secara keseluruhan Masjid Kudus berbentuk empat persegi panjang berukuran panjang 58 m dan lebar 21 m. Bangunan masjid terdiri dari: menara, serambi, ruang utama, pawestren, dan bangunan lainnya.

Menara

Menara (https://www.beautifulmosque.com)

Salah satu keistimewaan dari Masjid Kudus adalah Menara Kudus. Menara Kudus ini sangat terkenal bahkan orang lebih mengenal menara Kudus daripada Masjid Kudus. Bentuk menara ini mengingatkan akan bentuk candi corak Jawa Timur. Regol-regol serta gapura bentar yang terdapat di halaman depan, serambi, dan dalam masjid mengingatkan kepada corak kesenian klasik di Jawa Timur.

Menara Masjid Kudus merupakan bangunan kuno hasil dari akulturasi antara kebudayaan Hindu-Jawa dengan Islam, bahkan unsur kebudayaan asli. Seorang sarjana Belanda yang bemama Jasper mengatakan bahwa seni bias atau ukiran dan bangunan Menara Kudus menunjukkan tradisi seni bias dari bangunan Hindu Jawa Majapahit. Sucipto Wirjosuparto menghubungkan ukiran menara Masjid Kudus dengan Candi Jago. Hal ini terlihat sekali pada ornamen tumpal pada susuman tangga yang mirip sekali dengan yang ada pada Candi Jago.

Unsur Islam yang tampak adalah ornamen yang serba sederhana. Sedangkan unsur Indonesia asli tampak pada hiasan tumpalnya. Motif hiasan tumpal sudah ada sejak zaman pra sejarah di Indonesia.

Tangga menuju ke Menara (https://hastonophoto.blogspot.com)

Bagian kaki menara yang terbawah terdapat tiga buah pelipit yang tersusun menjadi satu. Bagian tengahnya merupakan bagian yang menonjol. Sedangkan bagian kaki yang paling atas terdiri dan beberapa susunan yang makin ke atas makin melebar. Sebagai penyangga antara kaki bagian tengah dan atas terdapat sebuah komposisi pelipit. Seluruh bagian pads kaki menara menggunakan material yang merupakan pasangan batu bata merah tanpa perekat.

Pada sisi barat terdapat konstruksi tangga menara yang mengarah keluar. Hiasan yang terdapat pada kaki menara antara lain hiasan pola geometris yang berbentuk segi empat. Di sudut kaki menara terdapat bidang polos berbentuk pilar. Sedangkan pada sebelah kiri dan kanan tangga terdapat hiasan bentuk tumpal berupa segi tiga sama kaki.

Tubuh menara bagian bawah merupakan sebuah pelipit besar dan tinggi yang dibagi dua oleh sebuah bingkai tebal. Tubuh menara bagian tengah berbentuk persegi yang ramping. Sisi utara, timur, dan selatan terdapat relung-relung kosong. Pintu masuk ruangan ini terbuat dari kayu. Di dalam bilik ini terdapat tangga dari kayu terletak di tengah tengah ruangan, hampir tegak lurus menuju ke puncak menara.

Mangkok Keramik (https://sigoese.wordpress.com)

Tubuh menara bagian atas terdiri atas susunan pelipit-pelipit mendatar yang makin ke atas makin panjang dan melebar. Hiasan yang terdapat pada tubuh menara antara lain pola geometris, mangkok porselin bergambar dan dekorasi bergambar dan dekorasi bentuk silang yang penempatannya selang-seling. Selain itu, terdapat tempelan benda berwujud piring yang berisi lukisan masjid, manusia dengan onta serta potion konna, dan lukisan bunga. Bagian puncak menara berupa ruangan mirip pendopo berlantaikan papan. Ruangan ini ditopang oleh empat buah tiang kayu yang bertumpu masuk pada lantai papan yang berlapis.

Di antara dua tiang sebelah timur sekarang dipasang hiasan arloji yang cukup besar. Pada salah satu tiang terdapat inskripsi yang ditulis dengan huruf dan bahasa Jawa yang berbunyi “Gapura rusak ewahing jagad” yang berarti 1609 S (1685 M). Atap menara berbentuk limas bersusun dua dan di bagian puncaknya terdapat tulisan Arab “Allah”, sedangkan di bagian bawah atap menara tergantung sebuah bedug dan kentongan. Bedug berukuran panjang 138 cm dengan 0 90 cm, sedangkan kentongan berukuran panjang 150 cm dengan 0 130 cm.

Serambi

Serambi Masjid Kudus berupa bangunan terbuka terbagi dua yaitu serambi depan dan serambi tengah. Serambi depan berukuran panjang 9,50 in dan lebar 13,50 m. Pada serambi ini terdapat sebuah gapura kori agung dengan tinggi ± 3 in. Letak kori agung memisahkan antara serambi depan dengan serambi tengah. Bangunan serambi ini merupakan bangunan tambahan perluasan masjid. Hal ini terlihat pada bagian atas serambi terdapat sebuah kubah besar. Lantai serambi dari ubin. Serambi tengah berukuran panjang 26,50 m dan lebar 22 m. Bangunan serambi juga merupakan ruangan terbuka, dan lantainya dari ubin.

Ruang utama

Pintu Gerbang di dalam Masjid (https://ayassam.blogspot.com)

Ruang utama berukuran panjang 28 in dan lebar 21 in. Pintu utama terletak di tengah-tengah ruang utama, sedangkan pintu-pintu lainnya terdapat di sisi barat dan timur ruang utama. Lantai ruang utama dari ubin. Ruang utama ditopang oleh empat buah soko guru (tiang utama) dan empat buah soko rawa (tiang tambahan) dengan tinggi tiang ± 5 in. Di rang utama ini juga terdapat sebuah kori agung yang berukuran panjang 4,80 in, lebar 55 cm, dan tinggi 5 m. Atap bangunan ruang utama berbentuk tumpang tiga dan ditutup oleh genteng merah. Pada puncak atap terdapat mustaka dari tembaga.

Mihrab (https://www.indonesiakaya.com)

Di dalam ruang utama terdapat mimbar dan mihrab. Mimbar ada dua buah yaitu di utara dan selatan. Mimbar sebelah utara berukuran panjang 1,44 in, lebar 0,99 in, dan tinggi 2,65 m, sedangkan di sebelah selatan berukuran 1,35 × 0,99 × 2,65 in. Mihrab berukuran panjang 1,62 m, lebar 1,85 m, dan tinggi 1,75 in. Relung mihrab berbentuk lengkung tapal kuda. Di kanan kiri mihrab terdapat jendela. Di atas mihrab terdapat inskripsi berhuruf Arab yang telah usang yang artinya kira-kira masjid didirikan oleh Ja’far Shodiq dalam tahun 956 H.

Pawestren

Bangunan pawestren merupakan bangunan baru sebagai perluasan masjid. Letaknya di samping kiri masjid berukuran panjang 15,5 m dan lebar 8 m. Bangunan disanggah oleh delapan buah tiang dari beton. Pintu masuk ada empat buah terbuat dari kayu. Jendela berjumlah enam buah. Lantai ruangan dari ubin keramik berukuran 20 × 20 cm.

Bangunan lain

Bangunan lainnya yang terdapat di Masjid Kudus antara lain makam, bak air dan tempat wudlu.

Makam

Di belakang Masjid Kudus terdapat kompleks makam, diantaranya makam Sunan Kudus dan Para ahli warisnya, serta pada tokoh lainnya seperti Panembahan Palembang, Pangeran Pedamaran, Panembahan Condro, Pangeran Kaling, dan Pengeran Kuleco. Makam-makam tersebut dalam cungkup tersendiri. Cungkup tersebut berdenah bujur sangkar dengan ukuran sisinya ± 4,35 cm. Makam dengan panjang jirat 298 cm, lebar 76 cm, dan tinggi 28 cm. Nisan berbentuk lengkung bawang yang rata pada bagian atasnya. Ukuran nisan tinggi 79 cm dan lebar tubuh 20 cm, dan lebar bagian kaki 28 cm. Hiasan yang ada pads makam Sunan Kudus terutama pada bagian nisan adalah sulur-suluran yang mengisi bidang tumpal pada bagian kaki makam maupun pada bagian tubuh nisan.

Bangunan tajug

Bangunan tajug atau bale-bale terdapat di dekat pintu gerbang masuk kompleks makam. Bangunan ini berdenah bujur sangkar dengan ukuran 6,63 m setiap sisinya. Bangunan tersebut sudah mengalami pemugaran terutama pada bagian atasnya. Lantai dari batu granit. Bagian atap disanggah oleh 12 tiang kayu di bagian pinggir dan empat buah tiang utama.Bak airDi sebelah barat laut bangunan tajug terdapat bak air yang sampai sekarang masih dipergunakan. Ukuran bak air tersebut panjang 287 cm, lebar 180 cm, dan tinggi 66 cm. Di bagian dalam bak tersebut terdapat dua buah lubang dengan garis tengah 117 cm dan kedalaman 100 cm dari permukaan kaki.

Tempat wudlu

Tempat Wudhu Pria (https://newsjid.com)

Tempat wudlu ada dua buah, masing-masing berukuran panjang 12 m, lebar 4 m, dan tinggi 3 m. Bahan bangunan dari bata merah, lantainya ubin keramik. Bentuk bangunan persegi panjang.

Latar Sejarah

Masjid Kudus diperkirakan didirikan pada tahun 956 H atau 1537 M oleh Ja’far Shodiq atau yang dikenal dengan sebutan Sunan Kudus. Perkiraan ini didasarkan pada inskripsi yang terdapat di atas mihrab. Selain itu, disebutkan pula bahwa nama masjid ini adalah Masjid al-Agsa atau al-Manar.

Ja’far Shodiq atau Sunan Kudus adalah putera R. Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung. la adalah salah seorang dari sembilan wali (wali songo) yang menyiarkan agama Islam di Jawa. Semasa hidupnya Sunan Kudus mengajarkan agama Islam di sekitar daerah Kudus. la juga terkenal dengan keahliannya dalam ilmu agama, terutama dalam ilmu tauhid, usul fiqih, hadits, sastra, dan ilmu fiqih. Oleh sebab itu beliau digelari “waliyyul ilmi” (orang yang sangat ahli dalam ilmu agama). Menurut riwayat, beliau juga termasuk salah seorang pujangga yang mengarang cerita-cerita pendek yang berisi, filsafat serta berjiwa agama.

Menurut cerita rakyat, asal-usul nama Kudus bermula ketika Sunan Kudus pergi naik haji sambil menuntut ilmu di tanah Arab. Pada suatu hari, di tanah Arab berjangkit suatu wabah penyakit yang membahayakan. Namun berkat jasa Sunan Kudus, wabah penyakit tersebut dapat dilenyapkan. Oleh karena itu, seorang Amir di sana berkenan untuk memberikan suatu hadiah kepada beliau, akan tetapi beliau menolak, namun untuk kenang-kenangan beliau hanya meminta sebuah batu. Batu tersebut katanya berasal dari kota Baitulmak atau Jerussalem.

Untuk itu, maka sebagai peringatan kepada kota dimana Ja’far Shodiq hidup serta bertempat tinggal diberi nama “kudus”. Masjid Kudus pemah mengalami beberapa kali perbaikan yaitu tahun 1918-1919 berupa pembongkaran masjid. Tahun 1933 perluasan serambi depan masjid, tahun 1960 perbaikan atap ruangan masjid. Selanjutnya tahun 1977-1980 dilakukan pemugaran oleh Sasana Budaya.

Sumber: Kemenag
Previous Post Next Post