Masjid Agung Banten Serang Banten

(https://bujangmasjid.blogspot.com)
Masjid Agung Banten, Jl. Moh. Yusuf, Serang, Banten. Koordinat GPS :  6° 2' 9" S dan 106° 9' 14.40" E

Masjid Agung Banten terletak di Jalan Moh. Yusuf, Desa Kasemen, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten. Bangunan masjid berbatasan dengan perkampungan di sebelah utara, barat, dan selatan, alun-alun di sebelah timur, dan benteng atau keraton Surosowan di sebelah tenggara.

Masjid Agung Banten didirikan pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin dan putranya Sultan Maulana Yusuf pada tahun 1566 M atau bulan Zulhijjah 966 Hijriah. Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kasultanan Banten yang juga putra pertama Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon. Menjadikan Masjid Agung Banten Menjadi salah satu dari 11 masjid tertua di Indonesia (baca: GPS Wisata Spiritual).


Masjid Agung Banten dirancang oleh 3 arsitek dari latar belakang yang berbeda. Yang Pertama adalah Raden Sepat, Arsitek Majapahit yang telah berjasa merancang Masjid Agung Demak dan Masjid Agung Ciptarasa Cirebon. Arsitek kedua adalah arsitek China bernama Cek Ban Su ambil bagian dalam merancang masjid ini dan memberikan pengaruh kuat pada bentuk atap masjid bersusun 5 mirip layaknya pagoda China. Karena jasanya dalam membangun masjid itu Cek Ban Su memperoleh gelar Pangeran Adiguna. Arsitek ketiga adalah Hendrik Lucaz Cardeel, arsitek Belanda yang kabur dari Batavia menuju Banten di masa pemerintahan Sultan Haji tahun 1620, dalam status mualaf dia merancang menara masjid serta bangunan tiyamah di komplek masjid agung Banten. Karena jasanya tersebut, Cardeel kemudian mendapat gelar Pangeran Wiraguna.

Masjid Agung Banten merupakan suatu kompleks dengan luas tanah 1,3 ha dan dikelilingi pagar tembok setinggi satu meter. Pada sisi tembok timur dan barat masing-masing terdapat dua buah gapura di bagian utara dan selatan yang letaknya sejajar. Bangunan masjid menghadap ke timur berdiri di atas pondasi masif dengan ketinggian satu meter dari halaman.

Deskripsi Bangunan


Menara

Menara Masjid Agung Banten (https://2dheart.wordpress.com)

Menara berkonstruksi batu bata setinggi kurang lebih 24 meter ini dulunya berfungsi sebagai menara pandang atau pengamat ke lepas pantai dan juga digunakan untuk menyimpan senjata dan amunisi pasukan Banten. Menara ini dapat dimasuki sampai ke atas melalui 82 anak tangga. Di dalam menara terdapat empat pintu dan bentuknya sama dengan pintu masuk menara.

Atap

Atap tumpukan tiga (https://2dheart.wordpress.com)

Masjid Agung Banten sejak awalnya beratap tumpuk lima, namun pada abad ke-17 pernah diubah menjadi tiga. Hal demikian dimungkinkan karena dua atap teratas sebenarnya hanya atap tambahan yang ditopang tiang pusat yang bila dihilangkan tidak mengganggu konstruksi di bawahnya. Dua tumpukan atap paling atas itu tampak lebih berfungsi sebagai mahkota dibanding sebagai atap penutup ruang bagian dalam bangunan.

Pintu masuk Masjid

Pintu masuk Masjid (https://bujangmasjid.blogspot.com)

Masjid memiliki pintu masuk berjumlah enam buah menggambarkan rukun iman. Pintu masuk sengaja dibuat pendek untuk memaksa pengunjung merunduk sebagai simbol ketundukan kepada sang pencipta.

Ruang utama (https://forum.detik.com)

Bangunan ruang utama berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 25 × 19 m. Lantai dari ubin berukuran 30 × 30 cm berwarna hijau muda (sekarang ditutupi karpet merah) dan dibatasi dinding pada keempat sisinya.

Dinding timur memisahkan ruang utama dengan serambi timur. Pada dinding ini terdapat empat pintu dengan lubang angin yang merupakan pintu masuk utama. Pintu terletak di tengah bidang segi empat dari dinding yang menonjol berukuran 174 × 98 cm dengan dua daun pintu dan kayu. Pintu bagian atas berbentuk lengkung setengah lingakaran. Lubang angin pada dinding timur ada dua buah yang mengapit pintu paling selatan berbentuk persegi panjang dan didalamnya terdapat segi tiga berjajar terdiri atas dua baris dan diantarannya terdapat hiasan motif kertas tempel.

Dinding barat tingginya 3,3 m memiliki tiga buah jendela berbentuk segi empat berukuran 180 × 152 cm dengan dua daun jendela berkaca buram. Lubang angin terdiri dari kumpulan segi tiga seperti dinding timur.

Dinding barat tersebut berhiaskan pelipit rata, penyangga, setengah lingkaran,dan pelipit cekung. Dinding sisi utara membatasi ruang utama dengan serambi utara dengan sebuah pmtu masuk berbentuk empat persegi panjang berukuran 240 × 125 cm, berdaun pintu dua dan kayu. Jendela pada dinding utara dua buah dengan dua daun jendela berbentuk segi empat berukuran 180 × 152 cm. Sedangkan dinding selatan.hanya mempunyai satu pintu yang menghubungkan ruang utama dengan pawestren, terletak di dekat sudut barat dinding.

Tiang

Tiang-tiang penyangga Atap (https://danlangkah.blogspot.com)

Tiang yang terdapat pada ruang utama berjumlah 24 buah terdiri dan empat buah tiang utama dan 20 buah tiang penyangga. Tinggi tiang lama 11 meter terbuat dari kayu jati dengan delapan tanpa hiasan. Tiang-tiang yang lain tingginya berbeda. Tiang yang mempunyai ketinggian 7,30 m ada delapan buah, sedangkan sisanya 12 buah berukuran tinggi 4,40 m Tiang berdiri di atas umpak dari batu andesit berbentuk buah labu. Umpak tiang mama tingginya 50 cm dengan pelipit rata pada bagian atas dan bawahnya. Umpak-umpak yang ruang utama tersebut bervariasi dengan bagian bawah dihiasi oleh pucuk daun yang mengarah ke bawah dan ada pula hiasan daun tumpang tindih.

Konstruksi atap ditambahkan besi baja melintang (https://2dheart.wordpress.com)

Mimbar dan Mihrab

Mimbar dan Mihrab (https://2dheart.wordpress.com)

Mimbar Masjid Agung Banten letaknya satu meter dari dinding barat, dan pada pondasi padat setinggi 90 cm. Bentuk pondasi empat persegi panjang berukuran 385 × 194 cm. Bagian bawah terdapat dua buah lubang arah utara selatan. Tangga terdapat di muka dan terdin anak tangga. Diujung bawah tangga terdapat batu hitam bentuknya seperti pot bunga. Pada bagian atas muka mimbar terdapat penampil berbentuk lengkung di sisi timur dan di dalamnya ada tulisan Arab.

Mimbar berdenah empat persegi panjang berukuran 93 × 170 cm dengan dinding di sisi utara, barat, dan selatan. Di depan dinding utara dan selatan terdapat pipi dinding tubuh yang berhiaskan bingkai. Dalam mimbar terdapat tempat duduk dengan injakan kaki setinggi 16 cm.

Pada sisi luar dinding tubuh mihrab terdapat hiasan dalam bidang segi empat sebanyak tiga buah di sisi utara selatan. Dinding bagian bawah berisi teratai mekar, tengah motif bingkai cermin, dan bagian atas berisi motif oval yang di dalamnya ada lubang berbentuk daun semanggi. Pada setiap sudut panil terdapat hiasan daun yang diapit oleh semacam lukisan binatang. Di atas panil terdapat susunan pelipit dan di atas pelipit tersebut terdapat bidang persegi panjang di sisi utara, timur, dan barat, serta berhiaskan pilin ganda dengan posisi saling berhadapan, bunga, dan daun-daunan.

Pawestren

Untuk masuk ke dalam pawestren melalui pintu di dinding utara yang menghubungkan dengan tiang utama. Pada dinding selatan terdapat juga pintu yang menghubungkan pawestren dengan serambi pemakaman selatan. Lubang angin di dinding ini berbentuk segi tiga dan hanya sebagian yang terbuka karena tertutup atap makam selatan. Dinding barat pawestren hanya terdapat lubang angin dengan bentuk kumpulan segi tiga dengan bunga di antaranya.

Serambi

Serambi depan (https://2dheart.wordpress.com)

Pada umumnya masjid di Indonesia mempunyai serambi. Serambi yang terdapat di Masjid Agung Banten terdapat di keempat sisi dan merupakan serambi terbuka, kecuali serambi selatan yang dijadikan kompleks pemakaman.

Bedug

Bedug (https://2dheart.wordpress.com)

Bedug masjid berbentuk silinder, terbuat dari kayu jati, sedangkan bidang pukulnya terbuat dari kulit kerbau. Panjang bedug 156 cm terletak di atas penyangga dari kayu berkaki empat. Tinggi penyangga 228 cm berbentuk segi delapan dan berdiri di atas umpak berbentuk buah labu. Untuk memukul bedug, karena letaknya tinggi sehingga dibuatkan tangga dengan empat anak tangga. Pada anak tangga teratas di bagian bawahnya terdapat lapik dari batu andesit. Permukaan anak tangga dibuat kasar agar tidak licin bila diinjak.

Bangunan lain


Kolam

Kolam (https://bantenculturetourism.com)

Kolam berada di depan serambi timur berbentuk persegi panjang terbagi atas empat kotak yang dipisahkan oleh pematang tembok dan dihubungkan dengan lubang pada masing-masing pematang. Kolam berukuran 28,10 × 3,10 m dan dalamnya antara 75-100 cm. Di sekeliling kolam terdapat tembok setinggi 1,20 m dan tebalnya 32,5 cm. Untuk mencapai kolam dipergunakan tangga turun sebanyak tip anak tangga dari arah halaman dan lima anak tangga dan serambi timur.

Istiwa

Istiwa penunjuk waktu (https://goseasia.about.com)

Pada halaman timur dekat gapura den bagian utara terdapat penunjuk waktu yang menggunakan sinar matahari (istiwa). Bentuk istiwa segi delapan dengen melebar pada bagian atasnya, terbuat dari semen berwama kuning muda. Garis tengah istiwa bagian atas 249 cm dan tingginya 76 cm dari permukaan tanah. Bagian atas terdapat lubang sedalam 12 cm berbentuk lingkaran.

Tiamah (Pavilliun)

Tiamah disebelah kiri (https://panoramio.com)

Bangunan lain di kompleks Masjid Agung Banten adalah tiamah, yaitu bangunan tambahan yang dahulu digunakan sebagai tempat bermusyawarah dan berdiskusi soal-soal keagamaan. Denah bangunan empat persegi panjang berukuran 19,5 × 6,5 × 11,5 m dan terdiri dari dua tingkat. Masing­masing masing tingkat mempunyai tiga ruangan berderet dari barat-timur. Ukuran ruangan barat dan timur masing-masing 5,62 × 5,30 m, sedangkan ruang tengah 7,25 × 5,60 m. Atap tiamah berbentuk limasan dan ditunjang oleh dinding-dindingnya.

a. Tingkat I Pintu masuk utama berada di dinding selatan (muka) berbentuk empat persegi dengan ukuran 192 × 149 cm, memiliki dua daun pintu. Pintu tersebut menuju ke ruang utama dengan lantai tegel merah hati berukuran 40 × 40 cm. Pada ruang tengah terdapat jendela berukuran 125 × 125 cm dengan dua daun jendela dan mengapit pintu masuk, dan mempunyai jeruji besi. Dinding utara (belakang) terdapat pintu tanpa daun pintu yang menghubungkan tiamah dengan pemakaman selatan dan dilengkapi dua anak tangga, karena pemakaman lebih tinggi dari tiamah. Pintu yang terdapat pada ruang barat dan timur masing-masing terdiri dari dua daun pintu dan ukurannya sama dengan pintu utama. Jendela pada tiap-tiap ruangan terdapat dua buah. Selain itu terdapat pula tangga kayu dua buah menuju tingkat dua.

b. Tingkat II Lantai tingkat dua terbuat dari papan. Pintu pada tingkat dua ada empat buah, dua buah di ruang barat dan dua lagi di ruang timur, serta saling berhadapan berukuran 374 × 167 cm. Pada tingkat ini jendelanya ada sebelas buah terdiri dari empat di ruang barat, tiga buah di ruang tengah dan empat lagi di ruang timur. Bahan jendela dari kaca bening dan diberi teralis.

Sejarah Pemugaran

Masjid Agung Banten dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, sultan pertama Kerajaan Islam Banten yang memerintah tahun 1552-1570. Keadaan masjid sampai saat ini mash terawat dan dikelola oleh yayasan yang dipimpin oleh H. Tubagus Wasi Abbas. Masjid tersebut selain berfungsi sebagai tempat shalat juga sebagai tempat pengajian, tempat acara santap bersama seusai shalat hari raya Idul Fitri serta kegiatan sosial lainya. Masjid Agung Banten telah mengalami delapan kali pemugaran yang berlangsung dari tahun 1923 sampai 1987. Pada tahun 1923, dilaksanakan pemugaran oleh Dinas Purbakala, dan tahun 1930 dilakukan penggantian tiang-tiang kayu yang rapuh. Tahun 1945, Residen Banten, Tubagus Chotib, bersama masyarakat melaksanakan perbaikan atap cungkup penghubung di kompleks pemakaman utara, kemudian tahun 1966/1967. Dinas Purbakala memugar menara masjid, dan juga tahun 1969 Korem 064 Maulana Yusuf memperbaiki bagian yang rusak antara lain pemasangan etenit langit-langit. Tahun 1970 dilaksanakan pemugaran serambi timur dengan dana dari Yayasan Qur’an. Pertamina rumah memugar kompleks masjid dengan kegiatan mengganti lantai ruang utama, pembuatan atap serambi pemakaman selatan, pembuatan bak wudlu dan kran air di serambi utara, dan pembuatan pagar tembok keliling kompleks dengan lima gapura. Tahun 1987, dilaksanakan penggantian lantai serambi pemakaman utara dan cungkup makam Sultan Hasanuddin dengan mamer.

Sumber bacaan:

Previous Post Next Post