Batik Purworejo


Kabupaten Purworejo merupakan salah satu kabupaten yang berada di Jawa Tengah. Kabupaten Purworejo memiliki moto Purworejo Berirama (Bersih, Indah, Rapi, Aman dan Makmur). Bagian selatan wilayah Kabupaten Purworejo merupakan dataran rendah. Bagian utara berupa pegunungan, bagian dari Pegunungan Serayu. Bagian timur yang berbatasan dengan DIY, membujur Pegunungan Menoreh. Purworejo berada di jalur utama lintas selatan Pulau Jawa. Kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api, dengan stasiun terbesarnya di Kutoarjo.

Purworejo merupakan salah satu kota produksi batik yang khas baik batik tradisional ataupun batik kontemporernya. Sebagai kota yang berdekatan dengan Kerajaan Mataram Kuno, Purworejo hingga saat ini masih banyak meneruskan adat dan budaya yang diwariskan oleh Kerajaan Mataram Kuno mulai abad XI diantaranya adalah budaya membatik.

Pengembangan batik tulis di Kabupaten Purworejo merupakan turun temurun dari nenek, namun sempat mati suri hingga dikembangkan kembali tahun 2006. Waktu itu dibuat kelompok pengrajin laras ndriyo. Laras ndriyo yang terdiri dari Desa Sumber Agung yang berjumlah kurang lebih ada sepuluh orang dan di desa lainnya yaitu Desa Grabag, Rejo Sari, Baku Rejo, dan Kudu kulon. Sentra batik yang terdapat di Kabupaten Purworejo tersebar di beberapa Kecamatan yaitu di Kecamatan Banyuurip, Bruno, Purworejo, dan Bagelen.


Sumber: Facebook Batik Dewa Purworejo

Kondisi dan potensi yang ada di Purworejo sangat beragam. Potensi seni dan budaya ditampilkan dalam gambar penari dolalak dan Bedug Pendowo. Potensi pertanian dan perkebunan berupa manggis, durian dan empon-empon. Potensi peternakan berupa kambing peranakan Ettawa. Potensi industri rakyat berupa makanan klanting, kue clorot, gula kelapa. Semua potensi tersebut dijadikan inspirasi dalam pembuatan motif batik khas Purworejo. Motif-motif batik khas Purworejo sering disebut motif Adi Purwo. Motif Adi Purwo adalah batik kontemporer.

Batik Purworejo Motif Kue Clorot Pelangi 

Sumber: Facebook Batik Dewa Purworejo

Yang membedakan motif Adi Purwo dengan batik lainnya ialah pada ragam hiasnya. Pada batik tradisonal, dikenal dengan motif Melati secontong, Lung Kenongo, Nam Kepang, Laras Driyo, Pisang Bali, Limaran, Lung Semongko, Buntal Kampuh, Menyan Kobar, Sidoluhur, Sidomukti, Leler Mengeng, Parang Kawung dan masih banyak corak dengan kekhasan masing-masing. Sedangkan pada batik Adi Purwo, ragam gambar sebagai motifnya terdiri atas gula kelapa, padi, manggis dan durian, empon-empon, kambing PE (Ettawa), klanting dan kue clorot, dan modang.


Sumber: https://fashionbooksconcept.blogspot.com

Penamaan ragam hias yang terinspirasi potensi daerah mempuyai makna. Misalnya, motif gula kelapa merupakan industri rakyat di beberapa wilayah Kabupaten Purworejo. Produksinya mencapai 2-3 kwintal per hari. Pemasarannya hingga kota besar seperti Semarang, Yogya, Solo dan lain-lain. motif padi, bermakna bahwa Purworejo merupakan lumbung padi di eks Karesidenan Kedu. Areal penanaman luas ditunjang sistem irigasi teknis dan non teknis, menggambarkan kemakmuran. Motif buah manggis dan durian, merupakan produk unggulan dari bidang pertanian dan perkebunan di pegunungan. Motif empon-empon, yang berupa kencur, jahe, kunyit, kapulaga, dan temulawak, merupakan bahan membuat jamu, merupakan potensi yang dimilki masyarakat perbukitan. Motif Kambing Ettawa, merupakan potensi besar yang dimiliki Kabupaten Purworejo. Motif Klanting dan kue clorot, merupakan makanan khas Purworejo. Motif Modang menggambarkan tata pemerintahan di Purworejo ynag utuh. Terdapat alun-alun di tengah kota, di keilingi kantor bupati, rumah dinas bupati, Masjid, Polres, Kodim, Gereja.


Sumber: https://fashionbooksconcept.blogspot.com

Selain itu, ragam hias pada bagian tumpal, biasanya dihiasi dengan motif penari dolalak yaitu kesenian yang tumbuh sebagai hasil akulturasi budaya barat dan timur. Motif Bedug Pendowo, sebagai makna potensi budaya Purworejo yang sudah dikenal di dunia. Motif bunga cengkeh merupakan aksesoris yang terdapat pada kostum penari dolalak. Sedangkan latar dari motif ini diberi hiasan pasiran, yang mengandung makna, bahwa Purworejo mempunyai potensi sumber daya alam yaitu pasir besi.


Sumber: https://amazingunesco.blogspot.com

Terdapat juga motif Jatayu dari Kecamatan Banyuurip dengan berbagai flora dengan warna babaran kelengan latar putih. Lung Semongko, motif ini terdiri dari ragam hias buntal dan lung (daun) semangka dengan warga sogan latar hitam. Mlati Secontong dari Kecamatan Grabag yang menggunakan perpaduan ragam hias bunga dan capung, dibuat corak tirtotejo dengan warna sogan coklat hitam dan putih. Motif Parang yang merupakan motif dari daerah Keraton Surakarta, biasa dipakai sebagai ageman leluhur dan hanya boleh dipakai oleh raja dan sentana dalem saja, motif ini banyak macamnya salah satunya Parang Parikesit, banyak dikerjakan oleh pengrajin Kecamatan Bayan dengan warna dominan putih dan ungu. Warna ungu identik Purworejo, sebuah representasi kata wungu dalam bahasa Jawa yang berarti bangun.


Sumber: https://amazingunesco.blogspot.com

Untuk mendukung kebangkitan industri batik di Purworejo, Pemkab Purworejo mewajibkan PNS disana untuk memakai seragam berbahan batik Purworejo seminggu sekali pada hari kerja. Selain itu dilakukan juga pelatihan untuk para pengrajin batik di seluruh wilayah kecamatan di Purworejo dengan tujuan untuk menghidupkan kembali industri batik di Purworejo. Pembinaan kepada perajin batik dalam manajemen produksi maupun pemasarannya. Memperkenalkan batik khas Purworejo pada masyarakat umum melalui gebyar batik khas Purworejo.

Bagi anda pecinta batik, anda bisa menambah koleksi anda dengan Batik Purworejo. Semoga artikel kali ini bermanfaat.

Sumber: Fitinline
Previous Post Next Post