Setelah artikel sebelumnya membahas tentang Batik Jepara, kali ini kami masih sajikan artikel tentang batik di Jawa tengah, yaitu Batik Kudus. Kota Kudus terkenal dengan sebutan Kota Kretek, karena terdapat pabrik rokok terbesar di Indonesia yaitu Djarum. Kota Kudus juga terkenal dengan wisata religinya yaitu Sunan Kudus yang identik dengan menara Kudus dan juga Sunan Muria. Bagi anda pecinta kuliner, anda pasti kenal dengan soto Kudus dan jenang Kudus yang sangat khas. Sebagian orang mungkin belum banyak yang tau jika kota ini juga menghasilkan batik yang unik dan menarik. Batik tersebut dinamai Batik Kudus atau Batik Kudusan.
Pada era tahun 1935 Batik Kudus sudah mulai ada dan berkembang pesat pada era 1970an. Corak dan motif Batik Kudus sangat beragam karena pada masa itu pengrajin Batik Kudus ada yang dari etnis keturunan Cina dan pengrajin penduduk asli atau pribumi. Batik Kudus coraknya lebih condong ke batik pesisiran ada kemiripan dengan Batik Pekalongan maupun Lasem karena secara geografis Kudus berdekatan. Batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin Cina dikenal dengan batik nyonya atau batik saudagaran, yang mempunyai ciri khas kehalusan dan kerumitannya dengan isen-isennya. Dan kebanyakan dipakai oleh kalangan menengah ke atas, motif yang dibuat coraknya lebih ke arah perpaduan antara batik pesisir dan batik mataraman (warna sogan).
Pembatik yang terkenal era itu di Kudus adalah GS Liem, TS Ing dan Pho An Nyo. Batik Kudus tersalip oleh daerah lain, seperti Pekalongan, Tegal, Solo, dan Yogyakarta, karena persaingan lokal yang sangat ketat antara pengusaha batik pribumi dengan pengusaha batik keturunan Tionghoa. Pada era 1980-an Batik Kudus mengalami kemunduran karena sudah tidak ada pengrajin yang berproduksi lagi karena adanya perkembangan batik printing maka pengrajin batik Kudus banyak yang gulung tikar dan akhirnya masyarakat Kudus lebih senang bekerja sebagai buruh pabrik rokok karena banyaknya industri rokok di Kudus. Wajar jika rentang waktu sekitar 20 tahun Batik Kudus seperti tak ada. Bahkan banyak orang tak yakin Kudus punya tradisi batik. Hanya generasi tua dan pecinta batik yang mengetehui sejarah Batik Kudus.
Batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin asli Kudus atau pribumi dipengaruhi oleh budaya sekitar dan coraknya juga dipengaruhi batik pesisiran. Motif yang dibuat mempunyai arti ataupun kegunaan misalnya untuk acara akad nikah ada corak Kudusan seperti busana kelir, burung merak dan adapula motif yang bernafaskan budaya Islam atau motif Islamik kaligrafi. Motif yang bernafaskan kaligrafi karena dipengaruhi sejarah walisongo yang berada di Kudus yaitu Sunan Kudus (Syeh Dja’far Shodiq) dan Sunan Muria (Raden Umar Said), corak yang bernafaskan Islam karena pengrajin batik banyak berkembang disekitar wilayah Sunan Kudus atau dikenal dengan Kudus Kulon.
Batik Kudus dikenal sebagai batik peranakan yang halus dengan isen-isen (isian dalam raga, pola utama) yang rumit. Batik ini didesain dengan warna-warna sogan (kecoklatan) yang diberi corak parang, tombak, atau kawung. Batik tersebut juga dihias dengan rangkaian bunga, kupu-kupu, serta ragam motif lainnya yang sesuai dengan ciri khas Kabupaten Kudus.
Salah satu motif yang juga sangat dikenal di Kudus adalah motif kapal kandas menurut sejarah yang dituturkan juru kunci Gunung Muria ada kaitan dengan sejarah kapal dampo awang milik Sampokong yang kandas di Gunung Muria, menurut sejarahnya pada masa itu terjadi perdebatan antara Sunan Muria (Raden Umar Said) dengan Sampokong. Menurut Sampokong gunung yang dilewati adalah merupakan lautan tetapi Sunan Muria keyakinan itu adalah gunung sampai akhirnya kapal Dampo Awang kandas di Gunung Muria. Kapal tersebut membawa rempah-rempah dan tanaman obat-obatan yang sampai sekarang tumbuh subur di Gunung Muria salah satunya adalah buah parijoto yang diyakini oleh masyarakat sekitar untuk acara 7 bulanan supaya anaknya bagus rupawan.
Batik Kudus Motif Kapal Kandas
Sumber: https://wolipop.detik.com
Sumber: https://www.muriabatikkudus.com
Batik Kudus Motif Parijoto
Sumber: https://wolipop.detik.com
Batik Kudus Motif Buket Parijoto
Sumber: https://www.muriabatikkudus.com
Diantara tumbuhan yang ada di Gunung Muria adalah pohon Pakis Haji yang pada zaman Sunan Muria dipakai sebagai salah satu tongkat Sunan Muria dan sampai sekarang kayu pakis haji diyakini oleh masyarakat sekitar bisa mengusir hama salah satunya tikus, karena motif tersebut mempunyai alur seperti ular dan ukiran seperti kaligrafi.
Batik Kudus Motif Pakis Haji
Sumber: https://www.muriabatikkudus.com
Motif legenda bulusan menceritakan tentang legenda bulusan yang diperingati setiap Kupatan atau satu minggu setelah Lebaran. Cerita ini berasal dari Desa Sumber dan Desa Bulusan Kecamatan Jekulo dengan lima adegan pada motifnya. Konon menurut cerita dahulu ada seorang yang dikutuk menjadi seekor bulus (kura–kura). Untuk meramaikan tradisi ini biasanya diadakan pasar malam. Batik Kudus.
Motif Legenda Bulusan
Sumber: https://www.muriabatikkudus.com
Motif Tembakau Cengkeh, terinspirasi dari kota Kudus yang merupakan kota yang terkenal dengan rokok kreteknya. Sehingga, motif tersebut menjadi salah satu ciri khas dari batik Kudus itu sendiri.
Batik Kudus Motif Tembakau Cengkeh
Sumber: https://wolipop.detik.com
Batik dengan corak kawung ini mempunyai makna yang melambangkan harapan agar manusia selalu ingat akan asal usulnya. Berpola bulatan yang serupa dengan buah Kawung (sejenis buah kelapa, yang terkadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Batik Kudus yang satu ini juga dihias dengan bunga-bunga cantik.
Batik Kudus Motif Kawung
Sumber: https://wolipop.detik.com
Motif Gebyok adalah semacam partisi khas Jawa yang digunakan untuk sekat antar ruang dalam rumah. Fungsinya bukan hanya sebagai partisi, tapi juga sebagai pintu dan juga pengganti dinding. Kudus juga terkenal dengan gebyok. Jadi tak heran bila salah satu batiknya diberi motif gebyok.
Batik Kudus Motif Gebyok
Sumber: https://wolipop.detik.com
Sentra batik di Kudus terdapat di desa Karangmalang, Kecamatan Gebog. Sebelumnya, usaha bordir sudah tumbuh berkembang di desa ini sehingga dikenal sebagai sentranya usaha bordir dan konveksi.
Dorongan Pemkab, Batik Kudus hidup kembali, salah satunya, setelah Dinas Perindustrian, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Kudus membuat pelatihan membatik pada tahun 2007. Pada tahun 2010 dilakukan pelatihan lanjutan. Dinas juga memberikan bantuan sejumlah peralatan untuk membuat batik dari teknik cap sebanyak 10 buah. Dinas juga memfasilitasi berbagai pameran batik tingkat nasional dan kontak dagang di berbagai daerah. Di lain pihak, pengrajin batik merasa dorongan Pemkab belum penuh. Celah surat keputusan pemakaian seragam bagi PNS di dua hari dalam seminggu, dilihat potensial. Pa¬salnya, selain diwajibkan menggunakan seragam berupa bordir Kudus, juga diharuskan memakai batik. Sayangnya, tak disebutkan jelas baju batik merujuk Batik Kudus.
Generasi muda pun lebih memilih kerja sebagai buruh rokok, penjahit, dan membordir, karena sifatnya yang mudah. Kendala lain adalah naiknya sejumlah bahan dasar batik, berupa kain, malam, dan zat pewarna.
Batik Kudus memiliki ciri khas yang sangat berbeda dengan daerah lain, walaupun motifnya bisa sama misalnya merak, tapi latarnya akan tetap berbeda, yang paling mudah untuk membedakannya adalah beras kecernya yang halus terlihat seperti berah asli. Bentuknya unik tak sekedar ditutul memanjang. Motif merak pelataran beras wutah merupakan motif dengan isen-isen beras wutah (kecer) yang merupakan lambang kesuburan dan kemakmuran. Latar yang lain berupa latar kembang randu yang sangat cantik dan unik, karena tak dijumpai di daerah lain. Warnanya khas seperti warna hijau, ungu, biru, merah dan sogan.
Batik Kudus Motif Merak Pelataran Beras Wutah
Sumber: https://www.muriabatikkudus.com
Semoga bermanfaat.
Sumber: Fitinline
Tags:
Wisata Batik