Batik Hokokai

Batik Hokokai atau Batik Jawa Hokokai mulai dibuat pada tahun 1942 selama masa pendudukan Jepang di Indonesia. Batik sangat cepat menyerap unsur-unsur baru yang berada di sekitar masyarakat, terutama batik-batik dari daerah pesisir. Ketika Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942-1945 sebagai bagian dari kampanye penaklukan Asia Timur Raya, pengaruh Jepang juga terasa pada batik-batik di pesisir utara Jawa Tengah. Pada masa itu, dilahirkan batik tulis yang disebut sebagai batik Jawa Hokokai.

Nama tersebut mengikuti nama organisasi propaganda Jepang yaitu Hokokai yang mengindoktrinasi semua yang berusia di atas 14 tahun tentang konsep Asia Timur Raya. Mungkin karena periode pendudukannya yang singkat serta kekejaman Jepang yang luar biasa selama 3,5 tahun masa penjajahan itu, maka sedikit saja informasi yang tersedia tentang batik Jawa Hokokai. Perkumpulan inilah yang semula memesan batik pada pengrajin batik dengan ragam hias tertentu yang kemudian dikenal dengan nama Batik Jawa Hokokai. Orang Jepang memesan batik untuk memberikan kenang-kenangan bagi orang-orang yang dianggap berjasa.

Batik Jawa Hokokai merupakan batik yang diproduksi orang Cina dengan pola dan warna yang dipengaruhi budaya Jepang dengan latar pola batik keraton. Ragam hias yang biasa ada pada batik Jawa Hokokai adalah bunga sakura, krisant, dahlia dan anggrek dalam bentuk buketan atau lung-lungan dan ditambah ragam hias kupu-kupu, selain itu ada pula ragam hias burung merak yang memiliki arti keindahan dan keagungan.

Batik Hokokai 

Sumber: https://lokabatiksemarang.wordpress.com

Sumber: https://lokabatiksemarang.wordpress.com

Dalam bukunya Batik, A Play of Light and Shades, Iwan Tirta menyebutkan para juragan batik memperkenalkan Batik Jawa Hokokai sebagai tanda penyesuaian kepada penguasa baru supaya mereka mendapat tempat dan untuk mengambil hati Penguasa Jepang. Batik Hokokai mengingatkan pada sehelai kanvas, di mana setiap bidangnya diisi dengan rapat oleh ragam hias. Bunga sakura dimasukkan ke dalam batik Hokokai, tetapi secara keseluruhan tidak ada pengaruh khusus desain Jepang. Menurut Iwan, batik Hokokai tampak sebagai evolusi alamiah seperti banyak batik lain di pantai utara Jawa yang dipengaruhi oleh Cina dan Eropa.

Hermen C Veldhuisen dalam Fabric of Enchantment, Batik from the North Coast of Java, secara singkat menyebut batik Hokokai dibuat di bengkel-bengkel milik orang Indo-Eropa, Indo-Arab, dan Peranakan, yang diharuskan bekerja untuk orang-orang Jepang karena kualitas pekerjaan bengkel mereka yang sangat halus. Sedangkan kain katunnya dipasok oleh orang-orang yang ditunjuk oleh tentara pendudukan Jepang. Ciri-ciri kain panjang pada masa ini menurut Veldhuisen adalah penuhnya motif bunga pada kain tersebut. Meskipun gaya batik ini disebut sebagai diperkenalkan oleh dan untuk Jepang, tetapi sebetulnya gaya ini sudah muncul beberapa tahun sebelumnya. Bengkel kerja milik orang Peranakan di Kudus dan Solo pada tahun 1940 sudah menggunakan motif buketan yang berulang, dengan latar belakang yang sangat padat dan disebut sebagai buketan Semarangan. Kain-kain ini dibuat untuk Peranakan kaya di Semarang.

Batik Hokokai 

Sumber: https://www.batikdesigns.org

Sumber: https://www.batikdesigns.org

Batik Jawa Hokokai merupakan batik tulis yang mempunyai ragam hias yang kaya dan isen-isen yang rumit serta tata warna yang banyak. Disaat itu kain mori sangatlah langka, maka Batik Hokokai dibuat kain panjang dengan pola pagi sore atau pada satu kain panjang ada 2 ragam hias yang berbeda, dengan maksud agar dapat digunakan pada dua acara yang berbeda. Batik Hokokai adalah salah satu contoh gaya batik yang paling banyak berisi detail, menggabungkan ciri pagi-sore, motif terang bulan, dan tanahan Semarangan. Batik Hokokai menggunakan latar belakang yang penuh dan detail yang digabungkan dengan bunga-bungaan dalam warna-warni yang cerah. Motif terang bulan awalnya adalah desain batik dengan motif segi tiga besar menaik secara vertikal di atas latar belakang yang sederhana.

Ragam hias yang dipakai dalam Batik Jawa Hokokai ini adalah motif batik tradisional Jawa seperti parang, kawung, sido mukti dll dan sebagai latar menggunakan ragam hias bunga sakura, bunga krisan, bunga dahlia, bunga anggrek dan lainnya baik dalam bentuk buketan ataupun lung-lungan. Yang menarik dari Batik Djawa Hokokai adalah adanya motif kupu-kupu seperti dalam cerita rakyat Cina Sam Pek Eng Tay yang melambangkan cinta sejati dan burung merak sebagai lambang keanggunan dan keindahan. Dan yang menarik adalah bagaimana mengkomposisikan adegan perlambang kisah cinta ini, adanya dua puncak gunung dimana pada puncaknya terdapat dua burung merak yang kemudian sebagai perlambang cinta abadi Sam Pek dan Eng Tay muncullah kupu-kupu berterbangan dari lembah kedua gunung itu, indah sekali. Meskipun kupu-kupu tidak memiliki arti khusus untuk masyarakat Jepang, tetapi orang Jepang sangat menyukai kupu-kupu.

Batik Hokokai 

Sumber: https://batikdan.blogspot.com

Motif dominan lainnya adalah bunga yaitu bunga sakura (cherry) dan krisan, meskipun juga ada motif bunga mawar, lili, atau yang sesekali muncul yaitu anggrek dan teratai. Motif hias yang sesekali muncul adalah burung, dan selalu burung merak yang merupakan lambang keindahan dan keanggunan. Motif ini dianggap berasal dari Cina dan kemudian masuk ke Jepang.

Warna pada Batik Jawa Hokokai sangatlah menarik, disesuaikan dengan warna-warna yang digunakan pada kimono Jepang seperti kuning, biru turqoise, merah, merah muda, lembayung dan warna-warna serah lainnya. Yang menarik pada Batik Djawa Hokokai adalah adanya susomoyo yaitu pola pinggiran yang tediri atas ragam hias bunga dan kupu-kupu yang diatur dari pojok ke arah bawah atau pojok bawah kearah samping seperti tata susun pola kimono Jepang. Batik Jawa Hokokai dibuat dalam bentuk batik pagi-sore sebagai akibat kelangkaan bahan batik pada Perang Dunia II dan sampai sekarang terus bertahan dalam bentuk itu. Batik Djawa Hokokai memang hanya diproduksi dalam waktu yang sangat singkat tahun 1942-1945 oleh karena itu tidaklah terlalu banyak kita temukan kolektor yang masih memiliki Batik ini. Namun saat ini agak sulit meminta pembatik untuk membuat repro dari Batik Jawa Hokokai, ini menunjukan betapa tingginya seni dan teknik pembuatannya sehingga pembatik masa kini tidak sanggup mengerjakannya.

Batik Hokokai 

Sumber: https://batikdan.blogspot.com

Yang masih menimbulkan pertanyaan, meskipun pendudukan Jepang atas Indonesia dikenang sebagai masa penjajahan yang sangat pahit, tetapi mengapa kepahitan itu tidak muncul dalam ragam hias sama sekali. Justru batik Jawa Hokokai memberi kesan umum sebuah kegembiraan dengan warna yang cerah, bunga, kupu-kupu, merak. Di sini, memang masih diperlukan riset lebih jauh mengenai batik ini.

Setelah Perang Dunia II usai, Jepang takluk dan angkat kaki dari Indonesia, batik sebagai industri mengalami masa surut. Namun, motif-motif batik terus berkembang, mengikuti suasana. Ketika itu juga muncul istilah seperti batik nasional dan batik Jawa baru. Tentang Batik Jawa baru kita akan bahas pada artikel selanjutnya.

Semoga bermanfaat.

Sumber: Fitinline
Previous Post Next Post